Rabu, 09 Juni 2021

Tangisanku, Kebahagiaanmu

 

Tangisanku

Kebahagianmu

 

Siapakah Sahabatku? …….Ya !,  sahabatku. Dimanakah dunia bagi orang jujur sepertiku ini!. Engkau selalu menyebut dirimu sahabatku, tapi engkau tidak tahu bahwa aku menderita karnamu. Engkau bahagia, ketika aku sedang menangis. Apakah, itu pantas disebut sahabat?, jujur, aku lelah , sanggat lelah karna sikapmu yang selalu membalikan kebenaran. Bagimana tidak, engkau berusaha menjatuhkan diriku dihadapan dunia.  Aku salah kah?, triak ku didepanmu.

Dunia, sekarang menggapku sebagai orang bersalah dan tidak benar, mata mereka menatapku dengan tanjam dan benci kepadaku karna ucapan-ucapanmu. Tidak……tidak…dan tidak, aku tidak salah, teriakku, air mataku sudah kering oleh sedihanku.

“ Dasar bodoh, dasar idiot, kamu itu!” itulah yang sering keluar dari mulutmu. Itulah, mengapa aku sering rapuh dalam kesedihan, dan trauma sering hadir dalam hatiku. Tanganku gemetar, ketika melihat dirimu, keringatku keluar banyak, seakan aku sangat takut padamu.  Engkau belum cukup membuatku ketakutan, bahkan engkau menampar dan menjambakku, dengan membisikan ditelingaku kata :  “kamu itu……ijik,…….bodoh, dan idiot, kamu kenapa tidak mengakhiri hidupmu, teman!” .  Benarkah, dengan kematianku, aku kan bahagia tanpa dirimu, jawabku. Aku hidup bukan untuk melihatmu bahagia, ya…, kebencian dan dendam tidak membuatku damai, mulai hari ini, aku memaafkan dirimu, ucapku didepannya.

Engkau boleh saja menghinaku dengan kata-kata bodoh ataupun idiot, tapi jangan pernah engkau menghina keluargaku, orang tuaku. Sejak awal, aku sudah menganggapmu teman. Engaku menghinaku, menyiksa fisikku, ku terdiam dan sabar, sebab percuma ku cerita pada dunia. Dunia sudah engkau bius dengan kalimat-kalimatmu yang meyakinkan. Aku, tidak akan mati dan menyerah, ya……, tidak  apa-apa, engkau lukai hatiku yang rapuh ini, tapi sekali, aku sudah memaafkanmu, berarti kita putus hubungan, tidak ada teman lagi di kehidupanku. Ayah –Ibu, dan saudara-saudaraku, terima kasih ya, kalian yang membuatku kuat untuk jalani hidup ini. Maaf, membuat kalian khawatir, dan tidak pernah cerita pada kalian,  bahwa aku sudah tersakiti oleh teman. Tapi, aku masih bahagia ,karna…….aku sangat…..sangat dan sangat sekali mencintai Ayah dan ibu, saudara-saudaraku. Terima kasih , kalian tidak pernah melepaskan tangan kalian untuk ku, memelukku, dan mendengarkan cerita-cerita panjang bersama .  Aku tidak lagi menjadi gadis yang menangis dan aku kuat, tenang, jangan khawatir, keluargaku. Aku selalu bersama kalian, dimanapun kalian berada, ku tetap bersama.

Itulah yang sering ku ucapankan kepada keluargaku, jadi………. Apakah kamu iri kepadaku, teman. Walaupun aku bukan orang kaya sepertimu, tapi aku sudah menerima banyak harta yang tak bisa ditukar oleh uang, yaitu waktu dan kebahagiaan keluarga. Teman…, tentahlah , kenapa mulutmu selalu menyebutmu teman. Walaupun , ku memutuskan hubungan bersahabatan denganmu, tapi tetap saja, ku panggil dirimu teman.  Baiklah, apakah kamu masih ingat?, diwaktu dulu kita masih SD, kamulah yang menjadi pemenang dalam mengambil hati guru dan seluruh teman sekolah. Ingat…tidak ?, aku masih ingat, aku dan saudariku sering menerima bully dari mulutmu dan mulut teman-temanmu itu, Bully yang pertama : menghina nama ayahku dan saudariku didepan guru dan temanmu itu, tapi aku tidak membalas apapu, ku tetap diam. Bahwan gurupun ikut tertawa, karna nama ayahku yang aneh. Aku tidak menangis, karna tangan saudariku yang memegang erat tanganku supaya sabar. Ya……sabar, sabar dan tetap hidup.

Bully yang kedua : merusak sepeda pemberian ayahku, dan menghina saudariku yang kucintai, serta memukul dan menjabak saudariku dan mefitnah aku, aku pun sudah buka mulut, tapi tidak ada yang percaya, hanya aku dan saudariku yang percaya. Tapi saudariku , tetap selalu bersamaku, memegang tangaanku, ya….ya saudariku adalah penyabar dan pemaaf, aku kebalikannya , aku yang pemarah dan  bertindak. Tapi karna ada saudariku yang selalu disampingku, ku berusaha sabar. Saudariku adalah adikku juga kembaranku. Teman, mungkin engkau sangat bahagia dapat menyiksa batinku, mentalku, dan berhasil membuatku trauma dengan masa lalu.  Tidak apa-apa, aku sekarang berbeda dengan yang dulu, engkau sakiti fisikku, dan batinku, aku masih kuat berdiri, masih kuat untuk melangkah dan tidak mati. Terima kasih, teman…….engkau telah membuat goresan teruma di hidupku

 

Saudariku adalah Lautan luas, sendangan ayahku adalah alam, ibuku bumi pertiwi, dan saudari-saudariku adalah langit, dan aku sendiri adalah binatang-binatang. Itulah yang bisa aku gambarkan  tentang keluargaku, ya… alam semesta alam. Sedangkan engkau, teman, ku gambarkan sebagai manusia dengan sikap egois, dan serakah, yang merusak alam. Ha…..ha…., aku senang sekali bisa melukiskan keluargaku dan engkau teman. Apakah engaku sakit……?, aku tidak menghinamu dan melukai mu, aku sudah lama sekali selama 13 tahun menerima bully si bodoh/ si idiot oleh kalian, terima kasih ya…. berkat bully, aku dapat memaknai hidupku, sungguh berartinya dan berharganya hidupku dan keluargaku. Dibalik penderitaan pasti ada kebahagiaan, walupun aku masih memiliki trauma seperti itu, tapi aku berusaha menyembuhkan goresan tersebut. Ayah, Ibu, saudari-saudaraku, sekali lagi aku mengucapkan terima kasih karna sudah mau selalu bersamaku dalam duka dan suka. Tidak apa-apa, kita dihina direndahkan, tapi aku percaya aku pasti menjadi kuat dan satria . Aku tidak membutuhkan teman, karna ku sudah punya keluarga yang kucintai.

 

( Cerpen : Ririn Lestari )

 

 

 

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini

Halaman

Tubuh Sahabatku Berbeda