Selasa, 20 Desember 2016

Maha Karya



PERSATUAN BANGSA



Setiap helai rambut manusia memiliki makna
Setiap darah menetes, mengandung arti
Setiap tangisan seorang anak, mempunyai harapan
Demikian bangsa Indonesia ini,
Impian anak sama dengan impian bangsa
Jika seorang ibu mengerti maksud sang anak
Demikian bangsa Indonesia yang mengerti keinginan Masyarakatnya
Jika seorang yang mengaku salah dan meminta maaf dengan tulus
Mengapa beberapa orang menuntut dia harus dihukum
Jika peristiwa ini menimpa mereka,
Siapakah yang akan menghukum mereka.
Bangsa Indonesia, adalah bangsa yang penuh dengan keibuan
Setiap anak-anaknya selalu disayang tanpa memandang perbedaan
Bagi ibu pertiwi, anak-anaknya adalah masyarakat yang dapat menjaga kesatuan
Tanpa terpengaruh oleh masalah.
Masalah sekecil apapun baik itu dari dalam maupun dari luar
Mereka dapat menyelesaikannya tanpa harus merusak persatuan.


                                                                                                                  Ciptaan Ririn Lestari





Kemenangan


Bangsa mana yang ingin menang?
Dari apakah bangsa ingin menang?
Bangsa Indonesia ternoda oleh bergaulan kaum muda
Demi kenyamanan dunia modern, mereka rela tubuh terluka
Serbuk dan tusukan jarum narkoba masuk dalam tubuh kaum muda
Siapakah yang harus disalahkan?
Siapakah yang harus dihukum?
Setiap hukum tak bisa menyelesaikan masalah
Setiap tangisan dan jeritan tak mampu menolong mereka
Kematian telah menghadang kaum muda bangsa indonesia
Penyesalaan rasa bersalah tak bisa menyelamatan mereka
Tuhan, apakah ini dosa kami
Tak pernah bersyukur atas berkat-Mu
Keinginan duniawi tlah membuat mata kami buta
Kaum muda melukai tubuh pemberian-Mu
Narkoba yang mengendalikan Mereka,
Keegosian kamilah, jadikan kaum muda terluka
Tak peduli keluh-kesah mereka,
Kami biarkan sepercik narkoba masuk dalam tubuh mereka.


                                                                              Ciptaan Ririn Lestari




Mahalnya Senyum


Semakin tinggi pendidikan yang diraih seseorang membuat lupa akan senyuman  dan sapaan demikian juga semakin tinggi jabatan seseorang membuat keegoisan terpancar dalam kehidupan dunia kerja. Hal ini saya alami secara nyata di instansi ataupun perusahaan seperti Universitas, Akademik, Rumah sakit, kelurahan, kecamatan yang selalu menampilkan wajah muram, marah, dan gengsi menyapa. Jelas-jelas disetiap standar Operasional pelayanan selalu bertuliskan senyum, sapa, dan sopan. Namun tulisan tersebut tidak berlaku dalam dunia kerja  bagi pegawai mulai dari atasan ke bawaan dan bawaan ke bawaan. Terkadang pelanggan pun jadi sasaran keamarahaan seorang pegawai yang sedang melaksanakan tugas dalam memberikan pelayanan. Bangsa Indonesia sebelum mengenal pendidikan tinggi ataupun jabatan tinggi, masyarakatnya saling menyapa atau rama-tama dan saling menghargai demi terjalin kekerabatan/persaudaraan yang tinggi.
Zaman telah berubah dan kebudayaan keramahan telah ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia termasuk bagi yang memiliki pendidikan tinggi, dan jabatan tinggi. Bagi orang berpendidikan tinggi memandang dirinya terbaik sehingga mampu meremehkan orang yang berpendidikan rendah ataupun tidak mempunyai pendidikan. Sedangkan bagi orang yang memiliki jabatan tinggi memandang dirinya berkuasa dan mempunyai banyak harta sehingga orang yang sederhana dijadikan budak untuk dikendalikan. Inilah hidup manusia di Zaman dunia serba maju atau modern, Bagaimana dengan Masyarakat Indonesia yang terkenal ramah? Apakah keegoisan atau gengsi tetap jadi pilihan?.
Keinginan mengubah keegoisan masyarakat tergantung pada keinginan mereka untuk saling mengerti dan merasakan penderitaan masa lalu para pahlawan Indonesia. Sejarah Pahlawan Indonesia yang kini mulai dilupakan oleh masyarakat terutama generasi muda menjadikan lupa diri akan pengorbanan semua pahlawan. Jika tidak hati-hati maka generasi muda dapat bermuka dua. Maksudnya didepan sangat ramah, sopan dan baik terhadap sesama namun dibelakangnya cemohaan, dan ejekan terluntar dalam mulut mereka.






Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini

Halaman

Tubuh Sahabatku Berbeda